Senin, 03 September 2018

HAMA dan PENYAKIT Penentu Keberhasilan Budidaya DURIAN

Kebun seluas 5 hektar itu berisi pohon-pohon durian setinggi 5—6 m. Umurnya diperkirakan sekitar 7—8 tahun. Kebanyakan tak berbuah, walaupun terlihat beberapa pentil sebesar kepalan tangan bergelantungan di beberapa pohon. Jika batangnya dicermati, tampaklah nekrosis basah dekat lekukan batang. Trubus mengorek kulit pohon itu sehingga terlihat batang cokelat kemerahan. Ciri khas serangan penyakit kanker batang.

Daun pohon tersebut banyak yang mengerut dan berubah bentuk. Pada permukaan ada bercak mengering berwarna cokelat terang; tepinya cokelat gelap. Beberapa ranting terlihat mati dan belum dipangkas. Bercak daun Rhizoctonia diduga sebagai penyebabnya.

Hampir seluruh pohon di kebun itu hidupnya merana. Jika tidak terserang penyakit, percabangannya tak keruan. Kerimbunan tajuk kelak pasti mengundang kedatangan biang  keladi penyakit. Cepat atau lambat pohon sehat akan terinfeksi patogen dan akhirnya mati. Itulah potret sebuah kebun durian yang tak terurus.

Lingkungan
Kanker batang dan bercak daun hanyalah dua dari 21 penyakit paling berbahaya yang terdata menyerang durian: akar, batang, daun, dan buah. Angka ini belum termasuk risiko serangan hama yang jumlahnya juga tak kalah banyak. Apalagi jika ditambah dengan kelainan fisiologis, seperti kekurangan nutrisi, buah matang sebelah, atau buah berair.

Kebun durian tadi berubah menjadi “kuburan” karena terganggunya keseimbangan antara inang, patogen, dan lingkungan. Ini memang teori karena toh, tak ada satu pun kebun durian yang pernah disambangi Trubus, bebas 100% dari serangan penyakit.

Bagi pekebun profesional, serangan penyakit boleh datang, asal intensitasnya tidak terlalu merugikan. Untuk itu, sejumlah perlakuan diterapkan. Prinsip ini yang membedakan kebun durian yang dirawat intensif dengan kebun t radi s ional . Di kebun tradisional seluruhnya diserahkan pada kemurahan hati alam. Jadi, kerugian akibat serangan penyakit tak dihiraukan.

Berdasarkan pengalaman para pekebun, serangan penyakit umumnya diatasi dengan 3 cara. Pertama tindakan preventif berupa pemilihan batang bawah, pemupukan, pembentukan tajuk, dan pemangkasan rutin. Kedua pemakaian pestisida dan terakhir eradikasi alias pemusnahan.

Tindakan pertama dan ketiga relatif lebih mudah dilakukan oleh pekebun. Tindakan kedua, yakni pemakaian pestisida kerapkali membuat repot. Penerapan teknik itu memerlukan pengetahuan khusus tentang ciriciri penyakit yang menyerang.

Berdasarkan pengetahuan itulah maka dapat ditentukan pestisida yang cocok untuk menanggulanginya. Repotnya ciri akibat serangan patogen (virus, bakteri, cendawan, protozoa, nematoda) banyak yang mirip dengan gejala penyakit nonpatogen. Kasus yang sering muncul untuk nonpatogen ialah: keracunan herbisida, stres air, kekurangan nutrisi, pencahayaan ekstrim, dan suhu. Untuk memastikan penyebab serangan, berikut disajikan 10 hama dan penyakit paling berbahaya di kebun durian beserta ciri, penyebab, dan penanggulangannya.

Kanker batang 
Inilah momok pekebun durian di Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Di sini kehadirannya terdeteksi setelah masuknya bibit monthong dari Thailand. Menurut J.K. Soetanto, yang pernah memiliki kebun durian di Sukabumi, penyakit ini sulit dideteksi. Di kebun ia biasa menyerang pohon berumur 5—6 tahun, terutama setelah berbuah. Serangan kanker batang dapat mematikan tanaman sampai 50%. 

Ir. Moh. Reza Tirtawinata, MS berpendapat, penyakit ini muncul karena perubahan suhu mendadak. Misal, peralihan dari musim kemarau ke hujan. Cendawan tidak aktif di musim kemarau dan mengganastatkala kelembapan meningkat karena turun hujan.


Gejala awal berupa bercak kecil di cabang, kemudian melebar dan basah karena mengeluarkan blendok. Phytophthora palmivora ini kemudian merasuk kebatang. Kalau kulitnya dikikis, akan terlihat batang terserang berwarna cokelat tua. Serangan berat di batang menyebabkan daun rontok, ranting kering, sampai akhirnya pohon mati.

Ir. Midian Simanjuntak, MBA menduga kanker batang hasil “kerjasama” simbiose mutualisma antara hama penggerek batang dan cendawan, meski belum diketahui yang lebih dulu menyerang, penggerek atau cendawan. Hama membuat lubang sebesar jarum di tanaman, sehingga kapilernya bocor dan mengeluarkan air. Akibatnya batang lembap. Cendawan kian merajalela. Bila bagian yang sakit dikorek, terdapat semacam larva.

Kanker batang mudah diatasi asal ditangani sejak dini. Bercak cokelat di kulit batang dikorek sampai terlihat jaringan kayu yang sehat. Bekas korekan dioles fungisida. Yang bisa dipakai, antara lain Previcur N dengan dosis 2 ml/l atau Melody Duo 2 g/l. Pilihan lain Ridomil 3—5 ml/l. Pengalaman Soetanto menunjukkan, olesan fungisida cukup efektif. Bercak tidak berkembang dan bekas kerokan tertutup kembali. Sodik, mandor kebun durian hepe milik Mushadi di Jonggol, mengatasinya dengan menempelkan kapas yang basah karena sebelumnya dicelup ke Tamaron.

Di Thailand dan Malaysia durian dilindungi dari penyakit ini dengan olesan di batang. Pekebun di sini bisa mengoleskan bubur bordo atau TB—192 ke batang pohon. Bubur bordo dibuat sendiri dari 150 g terusi, 150 g kapur tohor/gamping, dan 10 l air. Terusi dan kapur ditumbuk kemudian dilarutkan. Larutan ini masih harus diencerkan dalam 10 l air sebelum dioleskan ke batang pohon.

Cara lain yang dianjurkan Reza ialah mencari durian spesifik lokasi. Durian yang besar dan bagus ini ditanam untuk dijadikan batang bawah. Teknik top working yang dilakukan Bernard Sadhani (Trubus edisi Desember 2000) juga menjadi salah satu solusi.

Busuk buah Phytophthora
Phytophthora palmivora juga menyerang buah. Pekebun di Malaysia dan Indonesia sama-sama repot menanggulanginya. Serangan muncul ketika musim hujan tiba. Buah muda maupun yang sudah matang menjadi sasaran. Kalau terkena buah pasti tidak laku dijual. Tingkat kerugian bisa mencapai 40%. Serangan dimulai dengan muncul bercak di kulit buah. Mula-mula warnanya cokelat, kemudian perlahanlahan menjadi hitam. Pembusukan kulit ini lama-kelamaan masuk ke daging buah.

Seluruh fungisida yang dipakai mengatasi kanker batang juga cocok untuk menanggulangi serangannya di buah. Tanaman terserang disemprot dan diulang 3—4 hari kemudian kalau cuaca mendung dan hujan. Sejumlah 4—5 pohon di sekitarnya juga ikut disemprot. Untuk pencegahan rutin, frekuensi penyemprotan 1—2 minggu sekali.

Karat daun 
Serangan Rhizoctonia solani menimbulkan kerusakan berat pada daun, baik di tingkat pembibitan maupun kebun. Bibit durian bisa mati kalau terserang. Pada tanaman dewasa serangannya menyebabkan gugur daun, mematikan cabang dan ranting sehingga menurunkan produksi buah. Tak ada satu pun kebun durian yang lolos dari serangannya. Penyakit ini penular-annya cepat sekali. Bibit channee paling mudah terserang, apalagi kalau daun saling bertumpuk. 

Kehadiran cendawan Rhizoctonia diawali dari adanya bercak kecil basah di daun. Bercak kian lebar dan mengering. Warna-nya berubah menjadi cokelat. Lama-kelamaan daun gugur. Pada serangan intensitas tinggi, cabang menjadi gundul. 

Penyakit ini diatasi dengan menyemprot-kan Rovral WP atau Folicur WP sebanyak 2 g/l air. Frekuensi penyemprotan sama seperti pada penanggulangan serangan ulat penggerek buah dan kanker batang. 

Kapang 
Kapang Trentepohlia hanyalah pertanda bahwa kebun itu terlalu lembap. Warnanya oranye kalau kena sinar matahari. Kalau ternaungi berwarna putih kehijauan. Ia tidak menimbulkan efek negatif. Seandainya kapang terlalu tebal ( 3—4 mm), pemuncul an bakal bunga pada cabang/batang terhambat.

Masalah lain, ia akan ditunggangi oleh cendawan perusak, seperti Phytophthora palmivora. Akibatnya kulit batang menjadi basah. Begitu dikerok, kambium sudah berubah warna menjadi cokelat.

Varietas lokal tahan serangan kapang. Pada montong dan channee, kapang memperpendek umur karena ditunggangi Phytophthora. 

Menurut Reza Tirtawinata, di kebun buah Mekarsari batang durian disikat sebagai antisipasi. Kalau sudah telanjur muncul kapang, batang digosok dengan larutan algasida atau fungisida yang mengandung benomyl, thiram, atau tembaga. 

Beda lagi anjuran I r. Yos Sutiyoso. Entomolog ini menyarankan pemakaian campuran fungisida dan herbisida. Ia menyebutkan beberapa alternatif, seperti: Derosal, Benlate, atau
Dithane dengan dosis 1 g/l. Bisa juga memakai Score 1 cc/l. Salah satu bahan itu dicampur Gesapax 80 WP atau Amitrina dengan dosis 3 g/l. Pemakaiannya disemprotkan atau dikuas, cukup satu kali.

Akar putih
Durian yang ditanam di kebun bekas karet atau singkong berisiko terserang Rigidoporus lignosus atau Basidiomycetes. Sebuah kebun durian di Jonggol menghadapi masalah ini karena di sana dahulu perkebunan karet.

Ciri serangan cendawan agak sulit dideteksi. Sebab gejala serangan pada daun mirip kekurangan nutrisi. Daun berubah warna menjadi kuning, cokelat, mengerut sampai akhirnya rontok. Akar terserang memang terlihat dibelit oleh rhizomorph putih. Untuk itu tanah perlu dibongkar. Serangan pada akar ini akan menimbulkan kematian jika tidak segera ditanggulangi sejak dini.

Sanitasi lingkungan kunci sukses mencegah serangan cendawan ini. Tanaman inang, seperti karet, singkong, lada, cabai, pepaya, kopi, kentang, albasia, mangga, dan belimbing disingkirkan. Lubang tanam disiram Bayleton 2 ml/l. Penyiraman bisa dilakukan saat tanam atau kepada pohon terserang. Frekuensi penyiraman pada pohon terserang 3—4 hari sekali. Sebagai tindakan preventif, siram 2 minggu sekali.

Ulat penggerek buah
“Tingkatkehilangan mencapai 50%—70%,” ujar Reza menggambarkan besarnya kerugian pekebun. Waktu Trubus berkunjung ke sebuah kebun durian di Subang, memang terlihat sejumlah besar durian muda ber-serakan di bawah tajuk. Memang tidak semua buah rontok disebabkan ulat. Ada beberapa varietas yang akan merontokkan buah kalau daya dukungnya tidak memadai. Perontokan ini dimaksudkan untuk mempertahankan diri.


Buah rontok gara-gara ulat pasti memiliki ciri khas, yakni ada lubang di buah tersebut. Di Indonesia ulat penggerek buah terpenting ialah Tirathaba ruptilinea. Buktinya, durian yang dilepas sebagai varietas unggul selalu mencantumkan tingkat kerentanan terhadap Tirathaba ruptilinea. Ngengat itu mempunyai larva berbentuk ulat hitam kecokelatan. Ulat menetas dari telur yang diletakkan di kulit buah. Kemudian ia masuk ke daging buah dan mengoroknya sampai busuk.

Ngengat lain ialah Hypoperigea leprostica. Ulatnya berwarna merah ungu dan masuk ke dalam buah dengan meninggalkan lubang pada kulit. Di dalam buah ia masuk terus sampai ke biji dan diam di sana sambil menyantap makanan. 

Daging buah yang dilewati dibiarkan membusuk. Ia tinggal di situ sampai buah rontok. Begitu buah gugur ia loncat dan berkepompong di tanah sampai berubah lagi jadi ngengat baru. Berkeliaranlah ia mencari durian baru untuk bersarang.

Ir. Final Prajnanta, MM dari Aventis menyarankan, ulat disemprot Decis EC atau Buldog EC. Dosisnya 1 ml/l. Frekuensi penyemprotan seperti untuk menanggulangi busuk buah. Semprotan setiap 2 minggu sejak buah masih pentil sampai menjelang panen bisa meminimalkan intensitas serangan. Kalau sudah ada serangan, frekuensi penyemprotan ditingkatkan 3—4 hari sekali. Yang disemprot hanya pohon terserang dan 4—5 pohon di sekitarnya.

Tindakan preventif ialah mencangkul tanah di bawah tajuk. Dengan demikian kepompong ngengat mati. Buah gugur karena penggerek ini dikumpulkan dan dibakar.

Kutu putih
Pernah melihat bentuk durian yang abnormal, salah satu sisi bengkok, atau tak ada pongge di juring? Itulah akibat serangan kutu putih Pseudococcus pada buah muda. Ia menyerang daun, bunga, dan buah. Kutu putih memang tidak menyebabkan kerusakan total, tetapi sering dijumpai di kebun-kebun.


Menurut Reza, kutu putih terutama berkumpul di buah-buah yang bergerombol. Saking rapat jaraknya, duri mereka bersentuhan. Hama ini bekerja sama dengan semut yang menjadi agen. Karena kutu putih mengeluarkan cairan manis, semut pun berdatangan. Telur kutu putih terinjak-injak dan terbawa kian kemari sehingga menyebar ke buah lain, daun, atau bunga.

Hama ini mengisap cairan pada buah muda saat duri dan kulit masih lunak. Akibatnya bentuk buah berantakan, salah satu sisi mulus, yang lain bengkok. Durian kucing titun yang terkenal di Sembahe – jalur jalan Medan—Brastagi—selalu bengkok, kemungkinan besar karena kutu putih. Rasa buah tidak terpengaruh oleh serangan hama ini. Serangan pada buah tua tak menimbulkan efek merugikan. Hanya saja pekebun terpaksa menyikatnya supaya kulit durian menjadi bersih.

Penanggulangan kutu putih memakai Decis EC atau Buldok EC dengan dosis 1 ml/l. Frekuensi penyemprotan setiap 3—4 hari sekali pada serangan berat. Sebagai tindakan pencegahan, penyemprotan cukup 2 minggu sekali selama buah masih muda.

Rayap
“Kuburan” durian di Leuwiliang juga menghadapi problema rayap. Pada beberapa pohon tampak terowongan terbuat dari tanah yang menempel di batang. Rayap memang hanya menyantap bagian tanaman yang sudah mati. Namun, ia juga mengeluarkan cairan yang mempercepat kematian kulit batang. Akibatnya—kalau dibiarkan— serangan semakin meluas.

Durian kemungkinan besar terserang rayap jika di kebun itu banyak bonggol kayu membusuk. Lahan bekas kebun karet juga sangat potensial untuk perkembangbiakan Serangan penggerek batang sangat mematikan Syah Angkasa rayap. Sanitasi lingkungan cara pencegahan paling efektif. Tak ada bonggol kayu yang dibiarkan membusuk. Penaburan 30—50 gram Furadan biasanya menjadi salah satu anjuran. Final Prajnanta menyarankan pemakaian Regent SC dengan dosis 5 ml/l. Cara pemberiannya bisa disemprotkan, disiram, atau diinjeksi.

Penggerek batang 
Durian terserang penggerek batang sudah lazim terjadi. Meskipun tidak seganas kanker batang, tetapi kehadirannya menurunkan produktivitas. Bahkan kalau batang utama terserang, tanaman bisa mati. Jika Anda memiliki pohon durian, amati apakah ada lubang kecil di batang atau cabang. Di lubang itu biasanya terlihat serbuk kayu atau kotoran. Itulah ciri khas serangan Batocera naminator dan Xyleutes leuconotus.


Awalnya ia menggigit kulit kayu, kemudian meletakkan telur di situ. Telur menetas dan ulatnya masuk ke batang atau cabang. Di sana ia merusak phloem dan xylem sehingga transportasi air dan zat hara ke seluruh tanaman terganggu. Daun dan cabang terserang mati. Lamakelamaan pohonnya ikut mati.

Penanggulangannya dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cabang atau ranting terserang dipotong. Seandainya batang utama yang berlubang, basahi kapas dengan cairan Decis EC atau Buldok EC. Sumbat lubang dengan kapas itu. Seandainya lubang gerekan terletak di ketinggian, paling praktis ialah menginfus. Batang dibor dengan sudut 45o sedalam 3—10 cm. Selanjutnya di atas lubang itu digantungkan botol berisi seliter insektisida sistemik. Melalui selang kecil, insektisida itu dimasukkan ke lubang. Selesai diinfus, lubang ditutup lilin untuk mencegah kehadiran penyakit blendok.

Ulat tanah
Serangan ulat tanah kepada durian jarang dilaporkan. Namun, belakangan ini beberapa kebun diserang sang ulat akar ini. Lokasi kebun tersebar di Subang, Cileungsi, dan Jonggol. Ulat tanah berwarna putih, berbulu, dan gemuk ini menghabiskan akar muda sehingga pohon menjadi kering. Durian di kebun buah Mekarsari pernah terserang hama ini, tetapi ia kemudian menghilang tanpa diberi perlakuan sama sekali.

Reza Tirtawinata mengatakan, hama ini sulit ditanggulangi. Sebab, untuk itu perlu membongkar tanah. Ia menganjurkan hama ini diatasi pada saat siklus dewasa, yakni dalam bentuk kumbang.

Final Prajnanta menganjurkan tanah dibongkar dan disiram insektisida. Alternatif yang bisa dipakai ialah Regent 50 SC (bahan aktif fipronil) dengan konsentrasi 5 ml/l. Pilihan lain Decis 2,5 EC (bahan aktif deltamethrin) dengan konsentrasi 2 ml/l. Siramkan di sekitar perakaran dengan minimum volume 300 ml per tanaman. Biasanya setelah disiram, keesokan hari ulat sudah mati.

Jika ingin memutus siklus hidup dewasa, semprotkan Decis 0,75 ml/l pada tanaman. Kumbang mati jika terkena semprotan ini. Upaya preventif, baik penyemprotan maupun penyiraman dapat dilakukan sebulan sekali, tergantung intensitas serangan.



SHARE THIS

Author:

Mari berbagi pengetahuan penting dan unik lainnya yang ada dibumi ini.

0 komentar: