Selasa, 04 September 2018

Mengenal Berbagai Jenis dan Farietas DURIAN NUSANTARA


Durian bangkok mendominasi rak-rak buah dipasar swalayan. Langka sekali menyaksikan durian unggul lokal kita dijual disana. Padahal, dari segi rasa banyak yang kualitasnya setara dengan monthong atau channee. Itulah sebabnya, mereka yang lebih suka menikmati durian lokal  cenderung langsung membeli dikebun

Ini terpaksa dilakukan soalnya  durian lokal yang rasanya enak  selalu habis di sekitar lokasi  tempat tumbuh. Penyebabnya cuma satu, yaitu jumlah pohon sedikit sekali. Bahkan saweri gading, durian unggul asal Sulawesi Selatan, misalnya, dipetik dari sebatang pohon berumur kira-kira seratus tahun. Belum ada yang tergerak untuk memperbanyaknya.

Hampir seluruh unggulan kita bernasib seperti saweri gading. Memang ada  beberapa varietas yang sudah diperbanyak dalam jumlah sangat terbatas. Contohnya matahari, sunan, sukun,  sitokong, petruk, hepe, dan perwira. Indikasinya terlihat dari kehadiran mereka di sejumlah kebun yang dikunjungi Trubus. Kelemahan utama varietas yang sudah diakui kelezatannya itu ialah ketidakstabilan rasa. Ambil contoh matahari yang ditanam berdekatan dengan sitokong. Kombinasi ini memang akan menghasilkan banyak buah, tetapi rasanya berubah. Sukun yang semula tidak berbiji, kini sudah berbiji lagi. Hepe berbiji kempes, setelah ditanam di Bogor malah berbiji besar. Untuk mencegah penurunan mutu tersebut, durian kita memang harus ditanam spesifik lokasi.

Durian yang berasal dari daerah basah, seperti sitokong atau hepe tentunya harus ditanam didaerah basah pula. Namun, ini tentu bukan jaminan mutlak bahwa rasa atau penampilan tidak akan berubah. Jalan teraman yang bisa dipilih mungkin menanam durian lokal unggul sesuai daerah asal. Jika lahannya  ada di sekitar Bogor, tanamlah matahari atau hepe. Seandainya di seputar Jawa Tengah yang beriklim kering, barangkali petruk bisa jadi pilihan.

Alangkah idealnya jika dalam satu areal hanya ditanam satu varietas unggul lokal saja. Sebab, terbukti pencampuran beberapa varietas memberikan peluang perubahan rasa atau penampilan. Perubahan itu memang belum tentu buruk, tetapi bisa juga menjadi lebih jelek. Celakanya ini hampir mustahil dilakukan. Durian kita membutuhkan pendamping dari varietas lain untuk memacu pembungaan dan pembuahan. Bandingkan dengan monthong dan channee asal Thailand.

Selain daya adaptasi tinggi, mereka bisa ditanam “monokultur”. Tingkat produktivitas tetap tinggi, meskipun satu areal hanya berisi monthong atau channee saja. Lepas dari beragam kelemahan dan keunggulan tersebut, Departemen Pertanian merilis 29 kultivar durian lokal unggulan. Silakan Anda pilih varietas yang cocok ditanam di kebun Anda.

1. Durian Aspar
Asalnya dari Pelaman Mabah, Kalimantan Barat. Pohon induknya setinggi 35m dengan lebar tajuk 20m. Bentuknya menyerupai payung sampai kerucut. Ukuran buah rata-rata besar. Setiap  buah memiliki 5 juring dan masing masing berisi  18—22 pongge. 

·  Bentuk buah bulat lonjong
·  Mudah dibelah
·  Bobot 2,5 kg—5 kg/ buah
·  Warna daging kuning gading dengan tebal 2 cm
·  Manis gurih dan bertekstur halus
·  Produksi 150—200 buah/tahun pada usia 100 tahun
·  Tahan busuk akar dan penggerek buah.

2. Durian Asoe Kaya
Durian BPSB Wilayah IX Namanya jarang terdengar di Jawa. Namun, bagi masyarakat Aceh Besar, ini merupakan durian kebanggaan mereka.

·  Bentuk buah bulat telur
·  Sukar dibelah
·  Bobot 2,5kg—3kg
·  Warna daging kuning dengan ketebalan 1,5cm
·  Manis dan beraroma harum
·  Produksi 150—200 butir/ tahun
·  Tahan busuk akar dan penggerek buah

3. Durian Bakul
Asal Desa Pirang Belarik, Kecamatan Perwakilan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Buahnya jarang ditemukan di pasar karena habis diserbu pembeli sejak masih ada di pohon. Produktivitas tinggi terbukti dari hasil panen 300—500 butir buah pada umur 50 tahun.

·  Bentuk buah bulat seperti bakul
·  Mudah dibelah
·Warna daging putih dengan ketebalan 5mm
· Manis agak pahit dan beraroma harum menyengat
· Tahan penggerek buah dan  busuk akar

4. Durian Bantalmas
Ia ditemukan pertama kali di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Kikim dan Desa Telekud, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Ponggenya berbentuk lonjong seperti bantal dengan warna daging kuning menyala.


Bentuk itulah yang membuatnya dijuluki si bantalmas. Durian ini sangat populer di Sumatera Selatan karena rasanya manis, tidak berserat dengan tekstur halus. Jarang ditemukan di pasar karena pembeli harus antri sejak di pohon. Bantalmas tumbuh bagus di tanah berbatu dengan solum tidak terlalu dalam. Iklim setempat basah. Curah hujan cukup tinggi.

·  Bentuk buah bulat panjang
·  Bobot 3kg—6kg per butir
·  Mudah dibelah
·  Warna daging kuning dengan ketebalan 2cm
·  Manis enak dan beraroma harum menyengat
·  Produksi buah 400—900  butir per tahun pada usia 90 tahun
·  Tahan penggerek buah dan busuk akar


5. Durian Bokor
Bibit durian yang dirilis pada 1993 ini dapat dibeli di beberapa penangkar durian, walaupun jumlahnya terbatas sekali. Si Bokor berasal dari Desa Sukahaji, Majalengka. Dari tempat asal itu dapat diduga ia menyukai iklim basah. Usia pohon induk durian bokor tidak terdata. Warna buahnya hijau kekuningan, duri besar dan jarang, serta ketebalan kulit sedang.

·   Bentuk buah bulat panjang
·   Mudah dibelah dan berbobot 3,9kg/butir
·   Warna daging kuning muda dengan ketebalan sedang
·   Manis sekali, tekstur halus, dan tidak berserat
·   Produksi buah 50—200 butir/tahun
·   Tahan busuk akar

6. Durian Hepe
Durian hepe asal Desa Bendungan, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor ini sudah tersebar luas. Bibitnya mudah diperoleh dipara penangkar. Kulit buah berwarna kuning kecokelatan dengan ketebalan 8mm—10mm. Sesuai namanya (hepe = kempes), sebagian bijinya kempes. Hanya 2—3 butir biji saja yang berbentuk sempurna.  Desa Bendungan beriklim basah. Curah hujan tinggi.

·   Bentuk buah bulat telur
·   Mudah dibelah
·   Bobot per butir 1,5kg—2kg
·   Warna daging putih kekuningan dan tebal
·   Manis dengan aroma merangsang
·   Produks i  buah 150—250  butir per tahun pada umur 80 tahun
·   Tahan penggerek buah dan busuk akar

7. Durian Kalapet
Asal Desa Kayu tanam, Kalimantan Barat. Pohon induk yang ditemukan di sana berusia 60 tahun dan berisi 150—200 butir buah. Waktu ditemukan tingginya 30m dengan lebar tajuk 20m. Percabangan  rapat mulai ketinggian 1m. Setiap buah terdiri dari 5 juring berisi 15—18 pongge. Teksturnya halus, agak kering, manis gurih dan harum. Kulit buah hijau kekuningan.

·   Bentuk buah bulat agak lonjong
·   Mudah dibelah
·   Bobot per butir 2kg—3,5kg
·   Warna daging kuning gading  dengan ketebalan 1,5cm— 2,5cm.
·   Manis gurih dengan aroma harum
·   Produksi 150—200 butir pada saat umur pohon 60 tahun
·   Tahan penggerek buah dan busuk aka

8. Durian Kani
Dia merupakan introduksi dari Thailand dan dirilis pada 1987. Pertama kali masuk tahun 1960-an sebagai cinderamata Ratu Sirikit pada pemerintah Indonesia. Cocok ditanam di pekarangan karena bertajuk sempit.

Daya adaptasinya tinggi karena bisa tumbuh di daerah beriklim basah atau kering. Ia pun tidak memerlukan durian varietas lain untuk berbunga dan berbuah. Bibit durian ini banyak dijual di penangkar bibit.


·   Bentuk buah bulat
·   Agak sukar dibelah
·   Bobot per butir 2kg—4kg
·   Warna daging kuning, tekstur halus dan ketebalan cukup
·   Manis sekali dan kurang berlemak
·   Aroma sedang, tidak tajam
·   Produksi 15—20 butir pada usia 7 tahun
·   Peka serangan  penggerek buah dan busuk akar




9. Durian Lalong
Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan menjadi tempat asal varietas Lalong. Lacakan Trubus ke para penangkar bibit di seputar Jabotabek, tak ada satu pun yang menyediakan bibitnya.


·   Bentuk buah bulat panjang
·   Mudah dibelah
·   Bobot per butir 1,7kg—2,6kg dan tebal
·   Manis dan aromanya harum
·   Produksi buah 100—300 butir per tahun

10. Durian Lai Mansau
Seluruh durian yang dirilis termasuk keluarga Durio zibethinus, kecuali Lai Mansau Durio kutejensis. Pohon induk Lai Mansau berumur 50 tahun. Ia ditemukan di Desa Nanga Pinoh, Kalimantan Barat. Warna kulit buah kuning. Kalau dibelah, tampak lima juring berisi 14—17 pongge. Iklim di tempat asalnya basah dengan curah hujan tinggi.

·   Bentuk buah bulat lonjong,ujung runcing
·   Mudah dibelah
·   Bobot per butir 2,5kg—4kg
·   Warna dag i ng merah t ua dengan ketebalan 2cm
·   Tekstur halus, kering, manis, dan tidak berbau durian sama sekali.
·   Produksi 150—200 butir pada saat usia 100 tahun
·   Tahan busuk akar dan penggerek buah
















SHARE THIS

Author:

Mari berbagi pengetahuan penting dan unik lainnya yang ada dibumi ini.

0 komentar: