Dekat gunung
Sentra sayuran di Indonesia pada umumnya memang berkembang di lereng atau kaki pegunungan vulkanis yang terletak di dataran tinggi. Di Jawa Barat, misalnya, sentra sayuran terdapat di Cipanas, Lembang, dan Pangalengan. Jawa Tengah ada di Kopeng Wonosobo, dan Dieng. Sementara Jawa Timur, Batu, lien, dan Pandaan.
Di Luar Pulau Jawa, seperti Pulau Sumatera, sentra sayuran berkembang di dataran tinggi Gayo (Aceh); Kaban jahe, Berastagi, Tanah karo, dan Simalungun (Sumatera Utara). Sentra lain sayuran, Meranti (Riau), Tanjung labung (Jambi), Payakumbuh, Bukittinggi, dan Tanahdatar (Sumatera Barat), Pagaralam (Sumatera Selatan), serta Tanggamus dan Lampung Barat (Lampung).
Sentra sayuran di Bali, terdapat di Tabanan. Lahan di lereng vulkanis memiliki deposit debu vulkanis cukup tebal sehingga terjamin kaya sulfur. Oleh karena itu meski berkali-kali penanaman sayuran pada setiap tahun dan sedikit sekali limbah dikembalikan ke lahan, daya dukung tanah terhadap produksi tetap tinggi.
Tanah yang sedikit terkontaminasi penyakit cendawan, bakteri, dan virus karena sterilisasi tingginya debu vulkanis juga menyebabkan risiko serangan penyakit menurun. Debu vulkanis menjadikan tanah gembur sehingga pengerjaan lahan ringan, pemberantasan gulma mudah, dan panen lancar. Tanah gembur memiliki aerasi dan drainase baik, akar mudah tumbuh, memanjang dan bercabang. Efeknya efisiensi penyerapan air dan hara lebih lancar.
Minyak asiri
Sulfur juge merupakan unsur inti minyak asiri (aetheric oil). Dalam bentuk uap, sulfur merangsang saraf manusia di dalam hidung yang disebut aroma. Misalnya ubi jalar cilembu yang responsif terhadap kehadiran sulfur terkenal memlilki aroma wangi saat disantap hangat itu berkat sulfur dan Gunung Tampomas.
Kangkung yang ditanam di lereng vulkanis memiliki aroma harum. Kangkung lombok, misalnya, terkenal di beberapa restoran di Bali dan Jakarta. Di daerah asalnya, kangkung ditanam di lereng Gunung Rinjani. Sama seperi kangkung sibayak yang laris dijual di Medan. la berasal dan kaki Gunung Sibayak.
Kaitan Dengan Hidroponik
Suatu ketika Sudibyo Karsono, perancang kit hidroponik di Parung Farm, Bogor, Jawa Barat, menanyakan apakah bisa meramu pupuk hidroponik sehingga dihasilkan kangkung yang dapat menandingi kangkung sibayak?
Jawabannya, bisa. Caranya melalui pupuk campuran A-B. Pada konsentrat pupuk A dan pupuk B pemberian sulfur ditingkatkan hingga 200 ppm. Pupuk atau bahan kimia organis sumber sulfat seperti amonium sulfat (NH4)2 SO4, kalium sulfat K2SO4, dan magnesium sulfat MgSO4,7H20.
Dengan pemberian sulfat melimpah, aroma kangkung sibayak tercipta di Parung, Bogor, Jawa Barat. Kelebihan lain, kuah sayur kangkung bening, tidak kusam sebagaimana kangkung biasanya. Kerenyahan juga tinggi dan potongan batang tidak berserat. Selain ditanam di daerah yang kaya sulfur, sentra sayuran Itu juga berkembang di dataran tinggi. Ketinggian rata-rata di atas 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Tak jarang mencapai 1.500 m dpl. Ketinggian itu berpengaruh pada suhu udara sehingga suhu optimal 25°C. Pada suhu itu fotosintesis karbohidrat tinggi, sedangkan respirasi rendah. Akibatnya, pertumbuhan tanaman pesat. Pada suhu itu, air memiliki nilai oksigen terlarut sekitar 8 ppm. Angka itu baik sekali menunjang respirasi tanaman. Apalagi bila suhu bisa turun menjadi 20°C, konsentrasi oksigen terlarut meningkat menjadi 10 ppm dan respirasi meningkat pula. Energi hasil respirasi digunakan untuk menyerap air dan hara dan media dan mendorong ke tajuk tanaman.
Unsur atau ion berat pun dapat terdorong ke atas. Seperti anion nitrat NO yang yang beratnya 62, anion sulfat SO4 92, dan anion PO4 95. Kation berat misalnya K=39, Ca=40, dan unsur mikro besi, mangan, tembaga. seng, semuanya masuk kelas berat karena semua unsur terserap lengkap, maka tanaman yang terbentuk mendekati kesempurnaan dalam kualitas, penampilan, ukuran, rasa, dan aroma.
(Ir Yos Sutiyoso, ahli pupuk di Jakarta)
0 komentar: