Kanker
Fakta terbaru: rimpang temulawak Iebih sakti ketimbang obat kanker. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2008 menyebutkan, jumlah penderita kanker payudara di Indonesia mencapai 876.665 orang.
Kanker payudara memang momok bagi perempuan Indonesia. Di antara kanker yang menyerang perempuan, kanker payudara peringkat ke-2 setelah kanker leher rahim yang paling banyak menyerang. Bukan hanya di tanah air, kanker yang menggerogoti mahkota kedua kaum perempuan itu juga menjadi masalah dunia.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperlihatkan angka penderita kanker payudara di dunia setiap tahun mencapai 7-juta jiwa. Dan jumlah itu 71% alias 5-juta penderita menemui ajal setiap tahun. Pengidap kanker lazimnya menjalani kemoterapi dan radiologi. Kedua terapi itu menjadi pengobatan standar kanker payudara. Sayang, terapi itu tidak menjamin 100% kesembuhan. Sudah mahal, efek sampingnya mengerikan seperti kerontokan rambut, kerusakan kulit, dan gangguan pencernaan.
Bunuh diri
Kaum hawa kini boleh berharap pada rimpang temulawak untuk mengatasi penyakit maut itu. Riset Yew Hoong Cheah dan Pusat Penelitian Herbal, Institut Riset Kesehatan, Kualalumpur, Malaysia, membuktikan xantorizol zat aktif dalam rimpang temulawak melawan sel kanker payudara. Ekstrak rimpang Curcuma xanthorrhiza itu bahkan lebih manjur ketim bang tamoxifen.
Tamoxifen merupakan antiestrogen yang biasa digunakan untuk mengobati kanker payudara. Penelitian Yew Hoong Cheah tu menunjukkan kombinasi xantorizol dan kurkumin mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara manusia MDA-MB-231. Kedua senyawa aktif ¡tu memicu program bunuh diri sel alias apoptosis. Untuk mengetahui sel kanker yang “bunuh diri”, Yew Hoong memberii xantonizol dan kurkumin pada berbagai dosis kepada sel kanker payudara selama 48 jam. Sebagai kontrol, ia tidak menambahkan apa pun pada sel kanker. Sementara untuk kontrol positif, Yew Hoong menambahkan 5 ug/ml dan 10 ug/ml tamoxifen.
Hasilnya duet xantonizol kurkumin memuliki efek antiproliferasi lebih tinggi ketimbang tamoxifen.
Pemberian xantorizol-kurkumjn memicu bunuh diri sel dengan cara memecah asam deoksiribo nukleat (DNA) alias penyusun utama sel. Setelah 48 jam, jumlah sel yang bunuh diri meningkat lebih dan 70%. Xantonizol mengaktifkan protein p-53 yang menekan pertumbuhan tumor dan kanker. Adapun kurkumin menghambat penggandaan sel tumor dengan memicu bunuh diri sel melalui jalur mitokondria dan menurunkan jumlah protein anti bunuh diri sel bci-2.
Tingkat kemurnian xantorizol mempengaruhi kemampuan menghambat sel kanker. Itu hasil penelitian Zalinar Udin dari Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Zalinar mengekstrak fraksi etil asetat rimpang temulawak dan membandingkannya dengan xantorizol murni. Xantorizol sejatinya salah satu komponen penyusun minyak asiri temulawak. Xantorizol berupa cairan berwarna kuning dan berbau khas aromatik.
Selain xantorizol, kandungan dalam mrnyak asiri temulawak antara lain germakren, isofuranogermakren, trisiklin, dan alfa aromadendren. la menguji kedua xantonizol dan ekstraksi berbeda itu terhadap sel Minyak asiri pemanasan, alih-alih mendapat serbuk kanker payudara YBM-1. Hasilnya, xantorizol murni dari rimpang memiliki 1C50 2,88 g/ml, sementara 1C50 xantonizol minyak asiri 3,20 g/ml. Artinya, xantonizol murni Iebih efektif menghambat pertumbuhan sel kanker.
Minyak Atsiri
Penelitian ilmiah itu membuktikan senyawa xantorizol layak menjadi pilihan obat kanker. Namun, jalan Menurut manajer produksi menuju fitofarmaka masih panjang. Untuk membuat obat berbahan aktif xantorizol, rimpang temulawak harus melewati berbagai tahapan ekstrasi. Proses produksi yang rumit menjadi alasan produsen herbal memproduksi xantorizol. (Kartika Restu Susilo)
0 komentar: