Teknik pengomposan yang disampaikan dalam buku ini adalah teknik pengomposan Iimbah pertanian yang sederhana. Prinsip nya adalah mudah, murah, dan cepat. Tahapan-tahapan pengomposannya mudah dilakukan, peralatan yang dibutuhkan mudah diperoleh dan murah, proses pengomposannya cepat dan tidak memerlukan biaya besar, kompos yang dihasilkan ber kualitas baik, dapat langsung digunakan atau dijual.
1. Bahan Pembuatan Kompos
Pada prinsipnya hampir semua limbah organik dapat dikomposkan. Limbah itu dapat berupa sisa panen, limbah industri pertanian, kotoran ternak, maupun serasah atau dedaunan. Sisa panen dapat berupa jerami, sisa-sisa tanaman, daun, sisa-sisa sayuran, dan lain sebagainya. Limbah industri pertanian antara lain onggok, ampas tahu, serbuk gergaji, dan lain-lain.
Rumput-rumputan juga dapat dibuat kompos. Limbah organik yang sebaiknya tidak dikomposkan antara lain kayu keras, bambu, tulang, dan tanduk. Bahan-bahan tersebut memerlulcan waktu yang lama untuk menjadi kompos, sehingga sebaiknya dikomposkan secara terpisah dan bahan-bahan yang lunak.
2. Alat Pembuatan Kompos
(Gambar 4.2 Serasah don doun kering, bahan untuk membuat kompos)
Peralatan yang dibutuhkan untuk membuat kompos dan limbah pertanian antara lain parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air, ember penyiram, plastik penutup, tali, sekop, cangkul, dan cetakan kompos (jika perlu).
Sebagai penutup dapat digunakan plastik mulsa berwarna hitam. Belah plastik tersebut hingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan jumlah bahan yang akan dikomposkan.
Cetakan kompos juga dapat dibuat dan bambu atau kayu. Cetakan ini terdiri dan 4 bagian terpisah. Dua bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x I m.
3. Lokasi Pengomposan
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat sawah atau ladang di mana kompos akan diaplikasi, atau dapat pula di dekat sumber bahan baku kompos. Pemilihan lokasi pembuatan yang tepat dapat menghemat biaya trarisportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi pembuatan itu sebaiknya juga dekat dengan sumber air mengingat proses pengomposan memerlukan air dalam jumlah yang cukup banyak.
4. Waktu Pengomposan
Pengomposan sebaiknya dilakukan segera setelah panen atau kurang lebih 1 s/d 2 bulan sebelum mulai tanam. Sisa-sisa tanaman yang baru dipanen memiliki kandungan air yang masih cukup tinggi sehingga lebih mudah dikomposkan. Bahan organik yang telah kering memerlukan tambahan air yang lebih banyak.
Pengomposan juga dapat dilakukan bersamaan dengan saat penyiapan bibit agar pada saat bibit siap dipindahkan ke ladang, kompos juga sudah siap digunakan.
5. Aktivator Pengomposan
Aktivator pengomposan, atau biang kompos, mengandung mikroba yang dapat mempercepat proses pengomposan. Penggunaan aktivator ini, selain dapat mempercepat proses pembuatan kompos, juga dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Gunakan aktivator sesuai petunjuk yang disertakan dalam
kemasan aktivator tersebut. Jika aktivator pengomposan sulit diperoleh, Anda dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi sebagai ganti.
6. Tahap Pengomposan
1. Siapkan air dalam bak atau ember secukupnya. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk setiap 1 m3 bahan.
2. Masukkan aktivator ke dalam bak sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur meran.
3. Siapkan cetakan bambu. Sesuaikan ukuran cetakan dengan bahan yang tersedia.
(Gambar 4.4 Aktivator dimasukkan ke dalam bak dan diaduk hingga tercampur merata)
4. Masukkan satu lapis jerami/bahan dengan ketinggian ± 20 cm. Jika tersedia dapat juga ditambahkan kotoran ternak/pupuk kandang. Bahan-bahan yang ukurannya besar, seperti batang pisang. harus dipotong-potong terlebih dahulu.
(Gambar 4.5 Masukkan bahan ke dalam cetakan bambu)
5. Siramkan aktivator yang telah diencerkan di atas tumpukan bahan secara merata.
(Gambar 4.6 Buhan disiram dengan aktivator secura merata)
6. injak-injak bahan hingga menjadi padat.
7. Tambahkan lagi satu lapis bahan dan siramkan kembali aktivator di atas tumpukan itu.
Ganibar 4.7 Tumpukan buhan diinjak-injak agar padat.
9. Ulangi langkah di atas hingga cetakan penuh.
10. Setelah cetakan penuh, buka cetakan itu.
11. Tutup tumpukan bahan tersebut dengan plastik yang telah disiapkan. Penutupan harus benar-benar rapat agar suhu dan kelembaban terjaga.
12. Ikat plastik dengan tali agar tidak mudah lepas. Jika perlu bagian atas tumpukan diberi pemberat agar plastik penutup tidak terbuka oleh angin.
(Gambar 4.8 Tumpukan buhan ditutup dengan plastik dan diikat kuat)
13. Tutupi bagian bawah plastik dengan tanah lumpur untuk menjaga kelembabannya.
(Gambar 4.9 Tumpukan dibiarkan selama 4—6 minggu)
15. Setelah matang, kompos siap digunakan.
15. Setelah matang, kompos siap digunakan.
Pengomposan juga dapat dilakukan tanpa menggunakan cetakan bilamana cetakan tidak tersedia. Dalam hal ini tumpukan kompos menjadi lebih rendah dengan permu kaan yang lebih luas.
7 Mengamati Proses Pengomposan
(Gambar 4.10 Mengamati proses pengomposon)
Agar proses pengomposan dapat berjalan dengan baik maka perlu dilakukan pengamatan secara teratur, misalnya seminggu sekali, hingga kompoš siap digunakan. Pengamatan dapat dilakukan secara visual dan menggunakan peralatan sederhana.
Pengamatan itu meliputi suhu, kelembaban, penurunan volume, dan kenampakan kompos.
Buka plastik penutup kompos dan raba tumpukan kompos hingga bagian dalam. Seharusnya, dalam waktu satu dua hari setelah pembuatan kompos, suhu akan meningkat dengan cepat hingga mencapai 70°C. Hal itu dapat berlangsung beberapa minggu.
Periksa juga kadar air/kelembaban kompos hingga bagian dalam.Kompos yang baik terasa lembab walau tidak terlalu basah. Sejalan dengan proses penguraian bahan organik menjadi komPos juga terjadi penyusutan volume bahan kompos. Penyusutan volume ini dapat mencapai setengah dan volume semula.
Apabila selama proses pengomposan tidak terjadi penyusutan volume, kemungkinan besar proses pengomposan itu tidak berjalan dengan baik. Amati pula perubahan warna yang terjadi pada bahan kompos. Biasanya warnanya akan berubah menjadi cokelat kehitam-hitaman. Jamur seringkali juga ditemukan tumbuh subur di atas tumpukan bahan kompos itu.
Proses pengomposan yang dipraktekkan ini adalah model pengomposan aerobik. Jadi, seharusnya tidak muncul bau menyengat seperti bau air comberan. Apabila muncul bau menyengat, mungkin proses pengomposan telah berjalan secara anaerob.
0 komentar: