Salam hijau semoga kita selalu dalam lindungan Allah swt dan semoga setiap keringat yang kita teteskan menjadi keberkahan bagi kita amin.
Pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi ilmu dalam perawatan perkebunan kelapa sawit baik untuk sekala kecil maupun juga dapat diterapkan untuk perkebunan sekala besar.
Secara singkat pemupukan merupakan salah satu bagian dalam tahapan perawatan, dan menjadi faktor terbesar sebagai penentu keberhasilan suatu budidaya tanaman. Pupuk dapat juga diartikan sebagai makanan atau nutrisi bagi tanaman yang nantinya akan didistribusikan dari bagian akar ke seluruh bagian tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tersebut menjadi baik dan optimal.
Dalam pemupukan kelapa sawit tentunya ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh kita sehingga kita tidak mendapatkan kerugian dalam berbagai hal baik materi dan waktu. Berikut ini kami akan berbagi bererapa kesalahan yang dilakukan petani dalam pemupukan kelapa sawit.
1. Dosis Pupuk Tidak Pas
Dosis pemupukan sawit tentunya disetiap tempat dan typikal tanah di Indonesia memiliki keragaman yang bermacam-macam maka dari itu kita perlu mencari tabel rekomendasi oleh lembaga penelitian kelapa sawit untuk daerah setempat.
Pada dasarnya pemberian dosis pupuk pada tiap rentang umur tertentu akan terus meningkat terus menerus hingga pada suatu titik kita akan melakukan pengurangan dosis pupuk yang biasanya memasuki pada umur 15-17 tahun hingga seterusnya. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensi pengeluaran biaya untuk pupuk dikarenakan pada umur tersebut kelapa sawit akan mengalami penurunan produktifitas dan pada beberapa tahun kedepan akan memasuki masa penumbangan dan penanaman kembali.
2. Cara penaburan yang salah
Penaburan merupakan cara pemberian pupuk yang paling cepat dan tentunya paling mudah dikontrol. Namun hal yang paling penting adalah dilakukan dengan merata dan jangan sampai ada yang menumpuk pada permukaan tanah, hal tersebut dapat dikatakan kurang efektif mengingat prinsip pemupukan ialah setiap bagian pupuk haruslah bersentuhan langsung dengan tanah.
Pupuk yang menumpuk akan memerlukan waktu yang lebih lama terlarut apabila terkena air sehingga memungkinkan terjadinya penguapan unsur hara yang salah satunya seperti NITROGEN yang ada didalam pupuk Urea/ZA, pupuk ini mudah terlepas ke udara sehingga unsur Nitrogen tersebut akan hilang dalam jumlah dan kadar tersentu.
3. Tanah Yang Terlalu Kering
Khususnya pada pupuk yang bermuatan garam atau yang berbentuk kristal baik seperti Urea, Kcl dsb harus diberikan pada saat keadaan tanah sedang lembab contohnya saja pagi hari disaat tanah masih lembab karena embun atau lebih baik lagi ketika saat setelah hujan. Hal ini didasarkan bahwa pupuk yang bermuatan garam ini akan mudah menguap apabila pada kondisi terlalu terik sehingga pupuk akan terbuang sia-sia.
Pada dasarnya pupuk ini memerlukan air untuk sebagai pelarut pupuk sehingga ketika pupuk ditaburkan harus secepat mungkin harus langsung melunak dan terserap ke bagian tanah untuk proses penyerapan akar didalam tanah tersebut.
4. Pupuk Tunggal Dicampur
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang hanya memiliki 1 unsur hara saja misalkan N, P, K, Ca, Mg dsb (contoh produk ZA, Urea, Kcl, Kno3, ZK, TSP, Sp 36, Dolomit, kiserit dsb). Pupuk tersebut biasanya diberikan dengan cara berkala antara pupuk 1 dengan yang lainnya dengan jeda waktu tertentu dimana biasanya menunggu selama 4 minggu (1 bulan).
Kesalahan yang sering terjadi adalah melakukan pencampuran pupuk tampa memperhatikan sifat kimia pupuk tersebut. Sebelumnya mungkin kita pernah mendengar kata antagonis bukan?. Hal tersebut juga terjadi pada pupuk, hal tersebut berkaitan dengan asam/ basa pada unsur kimia yang mana apabila dilakukan pencampuran langsung pada pupuk tersebut maka akan terjadinya saling melemahkan salah satu antara pupuk tersebut. Contohnya pupuk tunggal yang tidak boleh dicampur langsung diantaranya :
KCL/Kno3/ZK dicampur Urea/ZA
KCL/Kno3/ZK dicampur Sp 36/TSP/Rock Phospat
KCL/Kno3/ZK dicampur Dolomit/Kiserit
Dsb.
Selamat belajar dan jangan lupa berbagi dengan saudara, sahabat dan tetangga juga yang membutuhkan, sampai jumpa di artikel selanjutnya, salam hijau..
Pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi ilmu dalam perawatan perkebunan kelapa sawit baik untuk sekala kecil maupun juga dapat diterapkan untuk perkebunan sekala besar.
Secara singkat pemupukan merupakan salah satu bagian dalam tahapan perawatan, dan menjadi faktor terbesar sebagai penentu keberhasilan suatu budidaya tanaman. Pupuk dapat juga diartikan sebagai makanan atau nutrisi bagi tanaman yang nantinya akan didistribusikan dari bagian akar ke seluruh bagian tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tersebut menjadi baik dan optimal.
Dalam pemupukan kelapa sawit tentunya ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh kita sehingga kita tidak mendapatkan kerugian dalam berbagai hal baik materi dan waktu. Berikut ini kami akan berbagi bererapa kesalahan yang dilakukan petani dalam pemupukan kelapa sawit.
1. Dosis Pupuk Tidak Pas
Dosis pemupukan sawit tentunya disetiap tempat dan typikal tanah di Indonesia memiliki keragaman yang bermacam-macam maka dari itu kita perlu mencari tabel rekomendasi oleh lembaga penelitian kelapa sawit untuk daerah setempat.
Pada dasarnya pemberian dosis pupuk pada tiap rentang umur tertentu akan terus meningkat terus menerus hingga pada suatu titik kita akan melakukan pengurangan dosis pupuk yang biasanya memasuki pada umur 15-17 tahun hingga seterusnya. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensi pengeluaran biaya untuk pupuk dikarenakan pada umur tersebut kelapa sawit akan mengalami penurunan produktifitas dan pada beberapa tahun kedepan akan memasuki masa penumbangan dan penanaman kembali.
2. Cara penaburan yang salah
Penaburan merupakan cara pemberian pupuk yang paling cepat dan tentunya paling mudah dikontrol. Namun hal yang paling penting adalah dilakukan dengan merata dan jangan sampai ada yang menumpuk pada permukaan tanah, hal tersebut dapat dikatakan kurang efektif mengingat prinsip pemupukan ialah setiap bagian pupuk haruslah bersentuhan langsung dengan tanah.
Pupuk yang menumpuk akan memerlukan waktu yang lebih lama terlarut apabila terkena air sehingga memungkinkan terjadinya penguapan unsur hara yang salah satunya seperti NITROGEN yang ada didalam pupuk Urea/ZA, pupuk ini mudah terlepas ke udara sehingga unsur Nitrogen tersebut akan hilang dalam jumlah dan kadar tersentu.
3. Tanah Yang Terlalu Kering
Khususnya pada pupuk yang bermuatan garam atau yang berbentuk kristal baik seperti Urea, Kcl dsb harus diberikan pada saat keadaan tanah sedang lembab contohnya saja pagi hari disaat tanah masih lembab karena embun atau lebih baik lagi ketika saat setelah hujan. Hal ini didasarkan bahwa pupuk yang bermuatan garam ini akan mudah menguap apabila pada kondisi terlalu terik sehingga pupuk akan terbuang sia-sia.
Pada dasarnya pupuk ini memerlukan air untuk sebagai pelarut pupuk sehingga ketika pupuk ditaburkan harus secepat mungkin harus langsung melunak dan terserap ke bagian tanah untuk proses penyerapan akar didalam tanah tersebut.
4. Pupuk Tunggal Dicampur
Pupuk tunggal merupakan pupuk yang hanya memiliki 1 unsur hara saja misalkan N, P, K, Ca, Mg dsb (contoh produk ZA, Urea, Kcl, Kno3, ZK, TSP, Sp 36, Dolomit, kiserit dsb). Pupuk tersebut biasanya diberikan dengan cara berkala antara pupuk 1 dengan yang lainnya dengan jeda waktu tertentu dimana biasanya menunggu selama 4 minggu (1 bulan).
Kesalahan yang sering terjadi adalah melakukan pencampuran pupuk tampa memperhatikan sifat kimia pupuk tersebut. Sebelumnya mungkin kita pernah mendengar kata antagonis bukan?. Hal tersebut juga terjadi pada pupuk, hal tersebut berkaitan dengan asam/ basa pada unsur kimia yang mana apabila dilakukan pencampuran langsung pada pupuk tersebut maka akan terjadinya saling melemahkan salah satu antara pupuk tersebut. Contohnya pupuk tunggal yang tidak boleh dicampur langsung diantaranya :
KCL/Kno3/ZK dicampur Urea/ZA
KCL/Kno3/ZK dicampur Sp 36/TSP/Rock Phospat
KCL/Kno3/ZK dicampur Dolomit/Kiserit
Dsb.
Selamat belajar dan jangan lupa berbagi dengan saudara, sahabat dan tetangga juga yang membutuhkan, sampai jumpa di artikel selanjutnya, salam hijau..
0 komentar: