Selain rawan akan serangan Phytophthora, tomat nyatanya juga sering diterjang Alternaria solani.
Cendawan yang penyebaran utamanya melalui angin, adalah penyebab bercak kering. Jika tak cepat dikendalikan, penyebarannya minimal akan menurunkan kualitas dan kuantitas panen. Seperti pengalaman H. Koko, petani tomat di Cigedug, Garut yang pertanaman tomatnya harus gagal akibat bercak kering, “Bahaya kalau tidak cepat diatasi, tapi memang sebaiknya dilakukan pencegahan, “ungkapnya.
Serangan Alternaria biasanya mulai terjadi pada fase vegetatif, yaitu pada umur 15-30 hari setelah tanam. Gejalanya berupa adanya bercak berbentuk lingkaran berwarna cokelat di daun. Pada sekitaran lingkaran juga terdapat alur berwarna kuning terang. Pada kasus serangan berat, bercak akan membesar dan kemudian bersatu hingga daun menguning, layu dan kemudian mati. Selain menyerang daun, cendawan ini juga mengincar batang dan buah. Bahkan pada bunga yang terinfeksi akan mudah gugur. Alhasil, proses pembuahan akan nihil hasilnya.
Langkah Pencegahan
Beberapa literatur menyebutkan, bercak kering biasanya menyerang tanaman tomat dimulai dari pangkal buah. Alternaria, dapat bertahan pada tanaman yang sakit selama lebih dari 1 tahun dan angin ditengarai sebagai sarana utama penyebarannya.
Seperti yang diungkapkan H. Koko, langkah pencegahan jauh lebih efektif ketimbang pengobatan. Langkah-langkah pencegahan yang bisa dilakukan petani antara lain menggunakan benih yang sehat. Selain itu, membuat drainase yang baik di sekitaran lahan dan menggunakan jarak tanam tak rapat, juga turut meminimalkan serangan Alternaria. Begitu juga dengan penerapan pemupukan seimbang dan pergiliran tanaman dengan komoditas yang tak sefamili.
Langkah pencegahan juga tetap mesti dibarengi dengan penyemprotan fungisida. Bahkan menurut Darmawan Sandi Susilo, Marketing Communication & Sales Excellence Manager PT. Bina Guna Kimia (FMC), penyemprotan wajib lebih diintensifkan. Hanya saja ia mengingatkan, pengintensifan penyemprotan sebaiknya tidak dibarengi dengan peningkatan dosis. Sebab, selain membuat fungi dan bakteri resisten, tanaman pun akan stress karena residu tinggi
Penambahan dosis juga akan makin membengkakkan biaya produksi. Karena harga fungisida di pasaran terbilang tidak murah. “Itulah salahnya petani, sudah meningkatkan intensitas juga meningkatkan dosis. Makanya petani harus melakukan penyemprotan fungisida dengan bijaksana, “imbuhnya.
0 komentar: