Selada
Ragam variasi varian selada untuk dikonsumsi cukup banyak dan berprospek untuk diusahakan di Indonesia
Lactuca sativa, alias selada sudah dimanfaatkan sejak Mesir kuno, tepatnya 4500 SM. Saat itu selada dimanfaatkan bijinya untuk membuat minyak dan berbagai herbal untuk menjaga kesehatan. Dipercaya, selada mampu memberikan stamina tinggi dan memperbaiki kesuburan.
Pemuliaan
Selada yang dimanfaatkan di Mesir, diduga merupakan sejenis selada liar. Batang dan daunnya memiliki duri, tidak membentuk krop, mengandung banyak getah, dan daunnya terasa pahit ketika dimakan.
Pemuliaan selada terus dilakukan, utamanya untuk mendapatkan jenis yang tidak berduri, lambat berbunga, tidak bergetah dan tidak pahit. Dikembangkan pula jenis yang memiliki kelapa atau krop.
Negara yang konsen mengembangkan pemuliaan selada, salah satunya adalah Belanda. Hingga akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-18, banyak varietas selada yang dikembangkan di Eropa khususnya di Belanda. Perkembangan pembudidayaan meluas ke negara-negara yang beriklim sedang diberbagai belahan dunia.
Varian Utama Selada
Saat ini terdapat 4 varian selada yang umum dibudidayakan. Pertama, Romaine atau Cos. Selada ini mempunyai daun lebih panjang ketimbang varian lain. Daunnya kaku dan tersusun rapat dalam satu tangkai. Permukaan daun berwarna hijau tua, sedangkan sisi satunya berwarna hijau muda. Sebagian besar pecinta salad, menyebut Romaine paling enak dari jenis selada lain.
Selada berikutnya adalah Crisphead atau iceberg. Varian ini yang paling sering kita temui di kedai sayuran atau supermarket. Crisphead memiliki daun yang tipis dan terasa renyah. Bentuk daunnya sedikit keriting dan bergerigi.
Lalu, ada jenis Butterhead atau Bibb. Ukurannya lebih kecil ketimbang selada lain. Susunan daunnya tak terlalu rapat dalam satu tangkai, dan terasa lebih lembut di lidah dibanding Crisphead. Sisi luar daunnya berwarna hijau, sedangkan bagian dalam berwarna kekuningan.
Terakhir, Leaf Letucce. Ciri utamanya bentuk daun yang berlekuk dan berkerut. Warna daun bervariasi, mulai hijau muda sampai yang berwarna merah. Biasanya jenis ini digunakan untuk menambah daya tarik salad, karena warnanya beragam. Leaf Letucce juga dikenal dengan nama Loose Leaf atau Loose Head.
Di Indonesia, budidaya selada secara komersial besar masih sangat terbatas. Kebanyakan sayuran daun ini dikembangkan di daerah-daerah beriklim sejuk, seperti di Cipanas, dan Lembang.
Lantaran produksinya belum banyak, membuat harga jual selada cukup menarik jika diusahakan. Kebutuhan sayuran selada diyakini terus bertumbuh di Indonesia sebagai gambaran, menu salad yang berbahan baku utama selada, dahulu hanya dijumpai di resto berbintang, kini di resto cepat saji pun menyiapkan menu ini. Apalagi restoran cepat saji sangat menjamur di banyak kota di Indonesia.
0 komentar: