Pisang Mas Kirana
Shohibul Fatah tak main-main membudidayakan 620 tanaman pisang mas kirana di lahan 325 hektar. Pekebun di Desa Kampungtepus, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Jawa Timur, itu membuang sisir paling bawah sepekan pasca pembentukan buah kemudlan membungkus sejumlah tandan buah dengan karung bekas. Karuan saja banyak pekebun pisang meledeknya. Lazimnya budldaya pisang konvensional hanya tanam, tanpa perawatan lalu panen. ‘Tanpa dirawat saja bisa laku, ngapain repol-repot membungkus buah, kata Shohibul Fatah menirukan ledekan pekebun itu.
Menurut Shohib pembuangan sisir buah paling bawah jika buah rusak atau tidak normal, sehingga jika merawatnya sampal panen, Mending nutrisinya diserap buah yang masih sehat kata Shohib. Pembungkusan buah berfungsi mencegah serangan hama dan penyakit. Peneliti pisang dan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika di Solok, Sumatera Barat, Ors Edison RS mengatakan. Pembungkusan membuat buah pisang tetap mulus dan sehat bermanfaat juga untuk mencegah hewan hewan pemakan buah seperti keleiawar kata Edison.
Pembungkusan dan Seleksi Buah
1. Pembungkusan buah untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
2. Seleksi buah dilakukan agar nutrisi tak sia-sia diserap buah yang sudah rusak. Seleksi dilakukan seminggu pascabuah.
Mulus
Menurut Edison dengan membungkus buah, pisang terlindung dan serangga-serangga yang membawa bakteri Pseudomonas Solanacearum, penyebab penyakit layu bakteri. Serangga -serangga itu seperti ngengat dan lebah, sehingga membawa bakteri yang menempel di tubuhnya. Ketika hinggap di buah pisang bakteri itu tertinggal, berkembang dan merusak tanaman, ujar alumnus jurusan Blologi, Universitas Andalas, Padang. Sumatera Barat itu.
Menurut Edison kerugian akibat serangan penyakit layu bakteri mencapai 100% alias gagal panen.
Selain terhindar dari serangan Iayu bakteri, kulit buah juga tetap bersih dari bercak-bercak kehitaman. Edison mengatakan bercak kehitaman itu berasal dari ngengat kudis Nacola ostasema, ngengat menyerang pisang dengan meletakkan telur di dalam buah sehingga buah menjadi rusak bahkan busuk tuturnya, jika serangan hanya pada kulit buah, maka yang terjadi kullt buah pisang akan muncul bercak-bercak kehitaman atau biasa disebut penyakit kudis atau burik. Pengendalian hama itu bisa dengan menyemprotkanpestisida dengan bahan aktif protenovos dengan dosis sesual di kemasan kata Edison. Penyemprotan dilakukan pada bunga yang baru mekar agar residu pestisida sudah hilang saat panen sehingga pisang aman dikonsumsi. Pekebun menuai pisang : 3.5 buian pascamekar bunga.
Menurut Edison hama lain membahayakan adaiah penggerek batang Odolporus longicolls. Serangan penggerek batang menyebabkan tanaman pisang tumbang. Akibatnya tidak bisa panen,” kata Edison. Ciri serangan hamo itu munculnya lubang di sepanjang batang semu. Pengendalian hama tu dengan menyuntikkan insektisida berbahan aktif protenovos pada batang tanaman dengan dosis penyemprotan sesuai kemasan.
Menurut petugas penyuiuh lapangan Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang Liii SP MMA, pekebun patut mewaspadai hama ulat penggulung daun Erionata thrax. ''Kerugian serangan ulat penggulung daun bisa mencapai 70 %,” kata Liii. Untuk mengatasi hama tu, cara efektif menurut Liii adalah pengontrolan kebun. ‘Jika didapati ulat tersebut muncul, hama segera dimusnahkan,” kata Liii.
Shohib memang membudidayakan pisang secara intensif. Ayah 1 anak Itu memberikan pupuk 4 bulan sekali berupa pupuk kandang kambing dengan dosis 15 kg per tanaman. Muhammad Alianto, pekebun pisang mas kirana di kertoyudho, Kabupaten Malang, Jawa Timur, juga melakukan budidaya pisang mas kirana secara intriesif. Selain membungkus dan menyeleksi buah, Alianto jugo memberikan pupuk campuran NPK, SP-36 dan Phonska perbandingan 1 1 : 1. “Dosisnya segenggam per 3 bulan per tanaman,” kata Ali. la menaburkan pupuk Itu disekeliling batang. Selain itu la juga memangkas daun daun tua setengah bulan sekali. Ali juga menyemprotkan insektisida berbahan aktif sipermetrin sebelum membungkus buah. Dosisnya sesuai yang tertera di kemasan.
Budidaya intensif menghasilkan pisang mas kirana berkualitas tinggi. “jika perawatan intensif, 90 % bisa masuk grade A” kata Ali. Sebaliknya jika perawatan kurang intensif terutama soal pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit, bobot pisang bisa di bawah 800 g dan tidak mulus sehingga tak masuk grade A yang harganya jauh Iebih tinggi dan grade B atau C.
Menurut Rully Hardiansyah, manajer pengembangan, PT Sewu Segar Nusantara dl Tangerang, Provinsi Banten, pihaknya hanya menerima pisang mas kirana dalam duo kelas. Keias A berbobot di atas 800 g per sisir dengan toleransi kecacatan kulit maksimal 10%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir sempurna. Kelas B berbobot di atas 600 g dengan toleransi kecacatan kulit maksimal 15%, tingkat kematangan 80%, dan bentuk sisir toleransi maksimai 20%.
Lebih untung
Aiianto dan Shohib memanen pisang mas kirana podo tingkat kematangan 70-80%, atau saat umur pisang sekitar 11 bulan pascatanam. Mereka menghasilkan pisang mas kirana berkuaiitas tinggi, yakni 80—90 % masuk kelas A.
Meski bermutu tinggi, biaya produksi relatif rendah. Menurut Shohib, biaya produksi buah hanya Rp15.000—Rp20.000 per tanaman per tahun. Biaya itu sudah termasuk, bibit, pupuk dan tenaga kerja, tanpa sewa lahan. Pada tahun kedua, la tidak lagi mengeluarkan biaya untuk pembelian bibit karena mengandalkan anakan. Satu tanaman rata-rata memiliki 3 anakan. Biaya produksi mencapai Rp3.500 per tanaman.
Ditambah pembelian karung beras seharga Rp 1.000 dan dapat dipakai 2—3 kali, sehingga biaya per tanaman mencapai Rp 4.000. Menurut Shohib dengan total 620 tanaman, ia bisa memanen 20 tandan dari 20 batang atau 100 kg per minggu karena bobot per tandan mencapai 5—6 kg.
Dari 100 kg, 94 kg masuk kelas A dengan harga Rp5.700 per kg, sementara sisanya 6 kg masuk kelas B Rp 3.000 per kg. Keuntungan Shohib Rp 553.800, dikurangi biaya produksi Rp 4.000 per pohon maka keuntungan bersihnya Rp 473.800. Pengalaman Shohib sebelum melakukan budidaya intensif, ia hanya mendapat pisang kelas A 60 %, sisanya kelas B. Artinya ia hanya mendapat keuntungan bersih Rp 382.000. Dengan budidaya intensif keuntungan Shohib bertambah Rp 91.800 per pekan, dan lebih besar lagi jika jumlah pohon yang ia tanam lebih banyak. (Bondan Setyawan)
0 komentar: