Dari lahan 1 m2 Eri
Setiadi memanen 56 kg lele dan 6 kg kailan dalam 2 bulan. Di Kotamadya Bogor,
Jawa Barat, Eri Setiadi memanen 56 kg lele. Sekilogram terdiri atas 8—10 ekor.
Itu hasil pembesaran benih berukuran 10—12 cm di akuarium sepanjang 200 cm, lebar
40 cm, dan tinggi 50 cm selama 2 bulan. Sembari menunggu panen ikan, Eri 4 kali
menuai kailan dengan interval 12—14 hari. Tempat tumbuh kailan berupa talang
masing-masing 2 m yang tersusun dua tingkat. Posisi talang di samping memang
menanam 40 bibit kailan berdaun 3 helai.
Sekali panen kailan
rata-rata 1,5—2 kg,” kata alumnus Fakultas Biologi Universitas Nasional itu.
Eri memanen kailan dengan cara memotong batang 5 cm dari permukaan media.
“Dengan cara itu kailan akan tumbuh kembali dari pangkal batang yang tersisa.
Makanya bisa panen berkali-kali,” ujar Eri.
Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Penikanan, Dr lr Achmad Poernomo,
MApp.Sc, menyebut sistem budidaya itu yumina, penggabungan budidaya sayuran dan
mina alias ikan.
Tanaman mendapatkan nutrisi asal kotoran dari sisa
metabolisme ikan yang mengandung kadar nitrogen dan fasfor.
Jika budidaya
kombinasi antara ikan dan tanaman buah, seperti stroberi, Achmad Poernomo
menyebut bumina, akronim buah dan mina. Sejatinya yumina dan bumina merupakan
pengembangan sistem budidaya akuaponik. Teknologi akuaponik bagai sekali
mendayung, maka dua tiga pulau terlampaui.
Sekali budidaya
Eri mendapatkan
sayur dan ikan sekaligus. Tanpa pupuk Budidaya yumina Iebih unggul daripada
budidaya konvensional. “Padat tebar lele Iebih tinggi dari pada peternak
umumnya,” kata Eri. Pada volume air sama, 300 I, peternak hanya menebar 300
benih lele ukuran 10—12 cm. Sementara Eri bisa menebar hingga 500 ekor. “SR
(survival rate alias tingkat kelulusan hidup, red) juga tinggi, 70—80%,
sedangkan peternak umumnya 40%,” ujar master dari jurusan Aquatic Bioscience,
Universitas Kochi, Jepang, itu.
Selain itu, Eri juga
bisa memanen kailan Iebih banyak daripada petani konvensional, 12—16 kg per m2
per 2 bulan. Menurut petani sayuran di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
Muhammad Saputro, jarak tanam kalian di lahan 50 cm x 60 cm. Panen dengan cara
dipotong pangkal batangnya sehingga bisa panen beberapa kali. Dengan cara itu
bisa panen kailan setiap 2—3 pekan sebanyak rata-rata 0,5 kg per m2,’ kata
petani sayuran sejak 20 tahun silam itu. Namun, syaratnya pemberian pupuk kandang rutin usai
panen. Pupuk kandang diberikan 1 kg per meter persegi. Jika tidak dipupuk maka
hasil panen berikutnya berkurang,” ujar Saputro. Bandingkan dengan Eri yang tak
mengeluarkan biaya pupuk untuk sayurannya. “Pupuk sudah diperoleh dari kotoran
ikan. Sayuran yang dihasilkan pun terjamin kesegaran dan kesehatannya karena
organik,” ujar Eri.
MEREKA BERBAGI
NUTRISI
1. Ikan diberi pakan
dan menghasìlkan kotoran mengandung amonia
2. Bakteri yang ada
di kolam dan media tanam akan mengubah amonia menjadi nitrit dan nitrat
3. Tanaman menyerap
nitrat sebagai nutrisi untuk pertumbuhan. Akar tanaman juga berperan sebagai
filter air bagi tanaman
4. Air mengalir
melalui proses resirkulasi. Pompa mengalirkan air kaya unsur nitrogen dan
fosfor dan kolam ke media tanam. Media tanam dan akar tanaman memfilter air
sehingga bersih dan kaya oksigen terlarut. Selanjutnya, air kembali lagi ke
kolam.
5. Oksigen masuk ke
dalam sistem yumina dan bumina melalui aliran pompa air dari hasil produksi
akar tanaman. Oksigen penting untuk pertumbuhan tanaman dan kelangsungan hidup
ikan. (Rosy Nur Apriyanti)
Pembudidaya yumina cukup memberikan pakan ikan. Sementara tanaman mendapatkan hara dari kotoran dari sisa metabolisme ikan. yang mengandung
nitrogen dan fosfor. Dalam budidaya yumina dan bumina, ada proses resirkulasi
air. Pompa menyedot air dan kolam dan mengalirkan ketanaman. Akar tanaman akan
“menangkap” limbah ikan yang kaya unsur hara dan memanfaatkannya sebagai sumber
nutrien untuk pertumbuhan serta pembentukan daun dan buah. Melalui proses
resirkulasi itu air kolam terus terpurifikasi sehingga kualitasnya menjadi
lebih baik “Proses itu memungkinkan air yang digunakan tidak perlu diganti
selama periode pemeliharaan ikan dan sayuran,” kata Sutrisno, periset di di
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Perikanan Budidaya dan
Toksikologi, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) di Cibalagung, Bogor, Jawa Barat .
Menurut Eri
pembudidaya yumina perlu menambah air secukupnya secara berkala untuk mengganti
air yang hilang akibat proses penguapan. Eri menuturkan budidaya yumina
meningkatkan kadar oksigen terlarut 0,5—1 ppm. Selain itu juga dapat menurunkan
kadar nitrit dan 4,4 mg menjadi 0013—0,25 mg per liter. Kandungan nitrit dalam
perairan menghambat kemampuan darah ikan mengikat oksigen sehingga bisa
terserang methaemoglobin pemicu kematian. Peningkatan oksigen terlarut
menyebabkan ikan tumbuh sehat dan tanaman pun subur.
Ragam Akuaponik
Pemeliharaan ikan bisa di kolam terpal atau semen. Sayuran di dalam talang atau pot tergantung jenis tanaman.
Tanaman semusim berakar serabut dan cepat tumbuh, seperti stroberi, kangkung, selada, dan kailan cocok untuk akuaponik
Teknologi akuaponik
memang bukan hal baru. Almarhum Prof Dr Taufik Ahmad MSc beserta tim di
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Perikanan Budidaya dan
Toksikologi sejak 2004 mengembangkan
perikanan di daerah perkotaan yang lahannya terbatas. Sejak itu teknologi
budidaya ikan dengan tanaman terus dikembangkan oleh tim peneliti Ir Imam
Taufik MSi, Drs Sutrisno, dan Eri Setiadi SSi, MSc. Sutrisno menuturkan
keunggulan yumina dan bumina dapat dilakukan di lahan terbatas seperti daerah
perkotaan dan tidak perlu banyak air. Air cukup ditambahkan jika volumenya
berkurang akibat penguapan,” kata Sutrisno. Selain itu, yumina dan bumina cocok
dikembangkan untuk kebutuhan pangan sendiri.
Peneliti itu
mengatakan hampir semua jenis ikan air tawar dapat dibudidayakan dengan sistem
yumina dan bumina. Namun, sebaiknya pembudidaya memilih ikan yang mempunyai
pertumbuhan cepat dan bernilai ekonomis tinggi sehingga siklus budidaya tidak
terlalu lama dan lebih menguntungkan. “Jenis ikan yang dipilìh antara lain
lele, patin, ikan mas, dan nila,” kata Eri. Sementara jenis tanaman yang cocok
adalah tanaman semusim yang memiliki akar serabut dan cepat tumbuh. Contohnya
kangkung, selada, pakcoy, kailan, genjer, cabai, terung, tomat, dan stroberi.
Menurut Sutrisno
bentuk dan ukuran kolam bisa didesain sedemikian rupa menyesuaikan luas lahan
atau ruang yang tersedia. Syarat utama, kolam tidak boleh bocor agar volume air
tetap stabil. Sementara kolam seperti kolam semen, terpal, fiber, dan akuarium menyesuaikan
biaya. Untuk media tanam sekaligus filter bisa menggunakan arang kayu atau
arang tempurung kelapa, batu apung, kerikil, akar pakis, dan sabut kelapa.
“ldealnya volume media tanam 10—20% dari volume air kolam,” kata Imam Taufik.
Dengan beragam keunggulan, wajar jika para peneliti itu gencar memperkenalkan
teknologi yumina dan bumina seperti pada Pekan Nasional Petani dan Nelayan di
Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, 7—12 Juni 2014. Maklum,
teknologi ¡tu dapat diterapkan mulai dan skala rumah tangga—pekarangan
rumah—hingga skala komersial.
(Rosy Nur Apriyanti)
0 komentar: