Bawang merah dan
cabai selamat dari gempuran hama dan penyakit berkat pelindung alami lahan
cabai dan bawang merah itu rusak parah. Daun kecil, keriting, dan gagal
berbuah.
Pengelola lahan
berupaya mati-matian melindungi tanaman dengan pestisida kimia. Pada awal
penanaman pengelola juga memberikan pupuk memadai. Pemandangan itu kontras
dengan lahan di sebelahnya. Bawang merah dan cabai merah itu tumbuh subur di
setiap bedengan. Daun-daun Allium cepa varietas filipina rapat membentuk
hamparan hijau. Demikian pula pertumbuhan puluhan cabai merah besar setinggi
50—80 cm di sela-sela tanaman bawang.
Bawang dan cabai tumbuh sehat dikawal tanaman tentara seperti bunga matahari
Puluhan buah cabai
bergelantungan di cabang tak ada serangan hama atau penyakit di lahan itu.
Pengelola kebun seluas 600 m2 itu sama sekali tidak menggunakan pupuk dan
pestisida kimia. Apa rahasianya? Pengelola kebun, Ngatimo, menanam tanaman
pelindung di sekeliling lahan. Berbagai jenis tanaman reforgia alias tanaman
border seperti bunga matahari, kenikir, jagung, eceng-eceng, dan kacang tunggak
untuk mengendalikan hama wereng. Ada pula
parasit yang meletakkan telur di musuh cabai dan bawang sehingga mati. Adapun
kemangi dan tagetes mengusir hama dengan aromanya. Hama tidak menyukai
aromanya. Ada pun eceng-eceng alias orok-orok bertugas sebagai penyedia
logistik bagi pasukan tempur.
- Kemangi dan tagetes mengusir hama dengan aroma
- Orok-orok menyediakan hara untuk tanaman tentara
- Bunga matahari dan kenikir sebagai pengundang musuh alami seperti Tomcat, Kumbang helm, dan Laba-taba.
Crotalaria sp itu berfungsi sebagai penyedia nitrogen bagi tanaman tentara itu. Agar berfungsi secara maksimal, penanaman “pasukan tempur’ itu 2—4 pekan sebelum budidaya tanaman utama. Untuk memantau tingkat pencemaran di kebun, pengelola juga memelihara ikan di kolam. Kolam berada di antara dua bedengan. Ikan menjadi indikator lingkungan sehat. Bila tumbuh sehat, berarti tanaman pun bisa tumbuh dengan baik Manfaat lain, air di kolam ikan itu bisa disiramkan ke tanaman karena mengandung nutrisi.
Perawatan relatif
ringan meliputi penyiraman, pemupukan, serta penyemprotan hama dan penyakit
Penyiraman dengan memanfaatkan air di saluran yang mengandung banyak nutrisi.
Frekuensi penyiraman setiap hari hingga bawang tumbuh maksimal. Untuk
mengantisipasi hama dan penyakit yang lolos ke dalam pertanaman, mereka
menyemprotkan pestisida alami yang mengandung agen hayati. Contohnya:
Pseudomonas flourescens, Coryne bacterium, Becuveria bassiana, Trichoderma
spp, Vertycilium Ieccani sp. Selain itu, mereka juga menyemprotkan pestisida
nabati yang mengandung bahan aktif citronellium 40%. Penyemprotan berdasarkan
intensitas serangan. Hama bawang merah ialah ulat tentara alias spodoptera,
tungau alias thrip, aphid, jangkrik, dan belalang.
Bila tidak ada
serangan, pelaksana lapangan tidak menyemprotkan. Namun, secara umum hampir
tidak ada hama yang menyerang bawang dan cabai. Apalagi beberapa yellow trap
alias jebakan serangga berwarna kuning menggantung di berbagai tempat untuk
menjebak hama serangga kecil. Hama yang hinggap akan melekat dan tidak dapat
melepaskan diri dari plastik kuning itu karena dibubuhi lem. Indikator lain
serangan hama dan penyakit ialah ikan
di saluran air. Hewan air itu sangat peka racun. Bila ada racun, meski berkadar
rendah, ia akan pingsan atau bahkan mati. Pakan ikan pun berbahan organik,
yakni dengan menumbuhkan plankton. Ikan akan memakan plankton. Agar ketersediaan
bahan pakan itu tetap terjaga, maka sekali dalam sepekan di saluran air itu
ditebar pupuk organik, yakni kotoran kambing fermentasi. Untuk luas 600 m2
diperlukan 1 ton pupuk kandang.
Saat Trubus berkunjung, umur pertanaman baru
berkisar 50 hari. Pada umur 65—70 hari, umbi bawang merah siap panen. Dari
setiap siung, dihasilkan 10—12 umbi bawang. Pengelola memperkirakan menuai
08—1,2 kg cabai per tanaman. Selain bawang merah dan cabai, pekebun pun dapat
memanen ikan yang ditebar di saluran air di seputar bedengan. Karena hasil
produksi cukup bagus dan biaya murah, Direktur Perbenihan Hortikultura Ir Sri
Wijayanti Yusuf, M Agr Sc, mengungkapkan penerapan konsep pertanian murah itu
di setiap kecamatan karena tidak perlu membeli pupuk kimia dan pestisida. (Syah
Angkasa)
0 komentar: