Senin, 03 Desember 2018

Agen Hayati Mampu Gempur HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN


Bawang merah dan cabai selamat dari gempuran hama dan penyakit berkat pelindung alami lahan cabai dan bawang merah itu rusak parah. Daun kecil, keriting, dan gagal berbuah.

Pengelola lahan berupaya mati-matian melindungi tanaman dengan pestisida kimia. Pada awal penanaman pengelola juga memberikan pupuk memadai. Pemandangan itu kontras dengan lahan di sebelahnya. Bawang merah dan cabai merah itu tumbuh subur di setiap bedengan. Daun-daun Allium cepa varietas filipina rapat membentuk hamparan hijau. Demikian pula pertumbuhan puluhan cabai merah besar setinggi 50—80 cm di sela-sela tanaman bawang.

Bawang dan cabai tumbuh sehat dikawal tanaman tentara seperti bunga matahari
  
Puluhan buah cabai bergelantungan di cabang tak ada serangan hama atau penyakit di lahan itu. Pengelola kebun seluas 600 m2 itu sama sekali tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Apa rahasianya? Pengelola kebun, Ngatimo, menanam tanaman pelindung di sekeliling lahan. Berbagai jenis tanaman reforgia alias tanaman border seperti bunga matahari, kenikir, jagung, eceng-eceng, dan kacang tunggak untuk mengendalikan hama wereng. Ada pula parasit yang meletakkan telur di musuh cabai dan bawang sehingga mati. Adapun kemangi dan tagetes mengusir hama dengan aromanya. Hama tidak menyukai aromanya. Ada pun eceng-eceng alias orok-orok bertugas sebagai penyedia logistik bagi pasukan tempur.

 
- Kemangi dan tagetes mengusir hama dengan aroma
- Orok-orok menyediakan hara untuk tanaman tentara
- Bunga matahari dan kenikir sebagai pengundang musuh alami seperti Tomcat, Kumbang helm, dan Laba-taba.

Crotalaria sp itu berfungsi sebagai penyedia nitrogen bagi tanaman tentara itu. Agar berfungsi secara maksimal, penanaman “pasukan tempur’ itu 2—4 pekan sebelum budidaya tanaman utama. Untuk memantau tingkat pencemaran di kebun, pengelola juga memelihara ikan di kolam. Kolam berada di antara dua bedengan. Ikan menjadi indikator lingkungan sehat. Bila tumbuh sehat, berarti tanaman pun bisa tumbuh dengan baik Manfaat lain, air di kolam ikan itu bisa disiramkan ke tanaman karena mengandung nutrisi.

Perawatan relatif ringan meliputi penyiraman, pemupukan, serta penyemprotan hama dan penyakit Penyiraman dengan memanfaatkan air di saluran yang mengandung banyak nutrisi. Frekuensi penyiraman setiap hari hingga bawang tumbuh maksimal. Untuk mengantisipasi hama dan penyakit yang lolos ke dalam pertanaman, mereka menyemprotkan pestisida alami yang mengandung agen hayati. Contohnya: Pseudomonas flourescens, Coryne bacterium, Becuveria bassiana, Trichoderma spp, Vertycilium Ieccani sp. Selain itu, mereka juga menyemprotkan pestisida nabati yang mengandung bahan aktif citronellium 40%. Penyemprotan berdasarkan intensitas serangan. Hama bawang merah ialah ulat tentara alias spodoptera, tungau alias thrip, aphid, jangkrik, dan belalang.
Bila tidak ada serangan, pelaksana lapangan tidak menyemprotkan. Namun, secara umum hampir tidak ada hama yang menyerang bawang dan cabai. Apalagi beberapa yellow trap alias jebakan serangga berwarna kuning menggantung di berbagai tempat untuk menjebak hama serangga kecil. Hama yang hinggap akan melekat dan tidak dapat melepaskan diri dari plastik kuning itu karena dibubuhi lem. Indikator lain serangan hama dan penyakit ialah ikan di saluran air. Hewan air itu sangat peka racun. Bila ada racun, meski berkadar rendah, ia akan pingsan atau bahkan mati. Pakan ikan pun berbahan organik, yakni dengan menumbuhkan plankton. Ikan akan memakan plankton. Agar ketersediaan bahan pakan itu tetap terjaga, maka sekali dalam sepekan di saluran air itu ditebar pupuk organik, yakni kotoran kambing fermentasi. Untuk luas 600 m2 diperlukan 1 ton pupuk kandang. 

Saat Trubus berkunjung, umur pertanaman baru berkisar 50 hari. Pada umur 65—70 hari, umbi bawang merah siap panen. Dari setiap siung, dihasilkan 10—12 umbi bawang. Pengelola memperkirakan menuai 08—1,2 kg cabai per tanaman. Selain bawang merah dan cabai, pekebun pun dapat memanen ikan yang ditebar di saluran air di seputar bedengan. Karena hasil produksi cukup bagus dan biaya murah, Direktur Perbenihan Hortikultura Ir Sri Wijayanti Yusuf, M Agr Sc, mengungkapkan penerapan konsep pertanian murah itu di setiap kecamatan karena tidak perlu membeli pupuk kimia dan pestisida. (Syah Angkasa)


SHARE THIS

Author:

Mari berbagi pengetahuan penting dan unik lainnya yang ada dibumi ini.

0 komentar: