Walau Iistrik mati 3
jam, beragam sayuran hidroponik bertingkat tetap segar. Sistem baru hidroponik
vertikultur generasi kedua menjadi sorotan banyak pengunjung dalam pameran
Horti Asia yang berlangsung 8—10 Mei 2014 di Bangkok International Trade and Exhibitan
Centre, Thailand. Musababnya desain baru yang mengombinasikan sistem hidroponik
dan vertikultur itu hemat lahan. Di lahan 50 cm x50 cm dengan hidroponik
vertikultur 6 tingkat rak memuat 24 pot sayuran. Pada hidroponik konvensional
populasi itu memerlukan luas lahan 1 m x 1 m. Menurut Manajer Pemasaran Thai
Advance Agri Tech Company, produsen peranti hidroponik di Bangkok, Thailand,
DessyLim, populasi di lahan 50cm x50 cm itu masih bisa ditingkatkan dengan
menambah tinggi vertikultur. “Kami menyediakan sampai 8 tingkat rak atau
populasi 32 pot,” kata Dessy. Untuk vertikultur 8 tingkat, tinggi rak mencapai
264 cm.
Tiga generasi
Dessy Lim mengatakan, “Tak hanya memanfaatkan lahan sempit untuk produktif menghasilkan sayuran sehat, desain hidroponik vertikultur juga cocok sebagai penghias rumah.”Pehobi hidroponik di Pondok pinang, Jakarta Selatan, Wirawan Hartawan, memboyong 3 unit hidroponik vertikultur itu ketika menyaksikan ekshibisi di Bangkok Harga sebuah unit hidroponik mencapai Rp l,5-juta. Thai Advance Agri Tech membuat generasi hidroponik vertikultur pertama kali pada 2011. Sejak awal merancang generasi hidroponik vertikultur perusahaan itu telah menggandeng peneliti dan Fakultas Sumber Daya Alam Universitas Prince Songkhla Thailand.
Kebun hidroponik
yang berlokasi di Thailand Selatan itu membuat 3 generasi hidraponik
vertikultur yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Generasi pertama khusus untuk
pehobi rumahan karena berskala kecil.
Pada hidroponik
generasi pertama itu, populasi lebih banyak, mencapai 40 tanaman untuk rak 8
tingkat. Satu tingkat rak memuat 5 pot. Kelemahan hidroponik generasi pertama
adalah ukuran sayuran yang tidak seragam dan kebutuhan nutrisi yang banyak
Menurut Ir Yos Sutiyoso, pakar hidroponik di Jakarta, ukuran yang tidak seragam
karena tanaman tidak mendapatkan sinar matahari secara merata.
Jarak antar pot
memang relatif rapat. ltulah sebabnya Dessy memperbaiki generasi pertama itu
dengan merancang sistem hidroponik bertingkat generasi kedua. Pada hidroponik
vertikultur generasi kedua satu tingkat rak memuat 4 pot tanaman. Dessy yang
menghabiskan masa kanak-kanak di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, itu
membuat jarak antarpot lebih longgar agar penyinaran merata. Hasilnya ukuran
dan kualitas sayuran pun lebih seragam dan kebutuhan nutrisi lebih sedikit
Kebutuhan nutrisi selama 2 bulan—lama budidaya sayuran—pada generasi kedua
hanya 66 liter; generasi pertama, mencapai 90 liter.
Berikutnya dibuat
generasi ketiga untuk skala komersial sehingga membutuhkan lahan yang lebih
luas, yaitu 1,5 m x 1 m untuk populasi 112 sayuran. Generasi ketiga merupakan
inovasi terbaru kami yang modelnya mirip generasi kedua,” kata Dessy. la
memilih material plastik yang dilindungi pelapis ultraviolet (UV) untuk 3
generasi hidroponik vertikulturnya agar tahan terpapar sinar matahari hingga
5—7 tahun. Plastik juga mudah dipindah karena ringan. Selain itu, perawatannya
mudah,” ujar perempuan kelahiran Sumatera Barat itu.
Oksigen
Keunggulan hidroponik vertikultur dibandingkan hidroponik horizontal adalah kemampuannya menyediakan oksigen terlarut lebih tinggi. Oksigen terlarut menjadi penting dalam proses penyerapan nutrisi. Akar tanaman membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan. Jika kebutuhan oksìgen terpenuhi maka akar menyerap nutrisi lebih banyak,” ujar Yos Sutiyoso. Pada sistem vertikultur, tingginya oksigen terjadi karena larutan nutrisi yang dipompa ke atas dan mengalir ke bawah mengikuti gravitasi seperti air mengalir. Pompa yang digunakan adalah summersible water pump atau pompa yang memang khusus terendam air. Desain pipa, pot, dan drum juga sengaja dibuat tertutup agar air hujan tidak bisa masuk. Dengan begitu larutan nutrisi aman dan kontaminasi air hujan. Air hujan yang merembas masuk ke pot akan menganggu pertumbuhan tanaman. Pot tertutup juga menjaga agar air tidak mudah menguap sehingga cadangan air tetap terjaga.
Kebanyakan pehobi
hidroponik vertikultur cemas ketika listrik mati. Musababnya distribusi larutan
nutrisi pada sistem hidroponik vertikultur sangat bergantung kepada pompa air.
Saat listrik padam, praktis pompa tidak bekerja. Itu membuat tanaman rentan mati
lantaran akar tidak mendapat pasokan nutrisi selama listrik padam. Namun,
pehobi tidak perlu khawatir bila memakai generasi baru hidroponik vertikultur
ala Thailand. Andaikan pompa padam hingga 3 hari sekalipun tanaman tidak mati.
Sebab pot vertikultur dirancang sedemikian rupa sehingga masih dapat
“menyimpan” larutan nutrisi. Menurut Dessy setiap pot dirancang agar dapat
menyimpan sejumlah larutan nutrisi hingga akar dapat tetap terendam sedalam 2
cm. Kondisi itu bisa bertahan selama 3 hari tanpa larutan nutrisi mengalami
penurunan nilal Electro Conductivity (EC). Itu sebabnya tanaman akan tetap
sehat dan segar,” kata perempuan 27 tahun itu. Hal itu dibuktikan selama
pameran Horti Asia 2014, nutrisi dalam hidroponik vertikultur pada display sama
sekali tidak mengalir. Namun, tak ada satupun tanaman mati bahkan tetap segar.
Kunto Herwibowo,
pehobi hidroponik di Jakarta menuturkan teknik menyimpan larutan nutrisi di pot
itu tergolong baru. Selama ini bila pompa mati, pehobi harus mengguyur larutan
dari atas,” ujar Kunto. Dengan hadirnya generasi hidroponik vertikultur ala Thailand
itu, segala kerepotan pehobi yang ingin bertanam hidroponik di lahan sempit
dapat diminimalisir. (Rizky
Fadhilah).
0 komentar: